Biography

Di pedesaan yang rimbun pepohonan dan semak-semak kecil serta sebuah sungai berukuran sedang melewati mengaliri desa kecilku, sebuah desa di kabupaten Indramayu-Jawa Barat dengan senyuman khas penduduknya yang ramah disanalah aku tinggal.  Aku besar dari kalangan keluarga yang sederhana dengan rumah berhalaman tanah yang luas selayaknya rumah-rumah dipedesaan, disana aku bermain bersama teman-temanku semasa kecil, tidak ada pagar yang tinggi yang menghalangi tetanggaku untuk mampir sejenak menikmati sore hari bersama.
 
sewaktu kecil aku lebih banyak menghabiskan waktu bermain sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang seru seperti memelihara semut, cacing, laba-laba, kadal, membuat perahu kayu, aqurium, mengumpulkan daun kering, manjat pohon, mincing udang pake helaian yang mirip dari batang batang pohon pisang, dan banyak kegiatan seru lainnya yang mewarnai kehidupan kecilku.
Tanpa masuk TK aku langsung masuk SD, berbeda di sekolah dasar aku cukup disegani hingga status sebagai ketua kelaspun tidak ada yang berani merebutnya hingga aku kelas 6, memang tidak ada yang special tapi dulu biasanya ketua kelas (KM) banyak cewek yang nyenengin. Setiap pagipun aku tidak pernah mengeluarkan uang untuk beli sarapan karena sarapanku dibayarin teman-temanku dengan harapan mereka bias gabung dengan kelompokku kalau mengerjakan tugas-tugas sekolah, biasanya mereka pada berebut ingin jadi bagian kelompokku. Uang sakuku sebesar Rp. 300 cukup mengantarku pergi ke sekolah yang sebagian aku celengin untuk beli maenan, walaupun kadang aku tidak diberi uang saku gara-gara sedikit nakal.

Peringkat kelaspun aku kuasai menjadi nomor 1, hingga kelas 4 SD aku digeser oleh adikku sendiri menjadi peringkat ke-2. Aku memang sekelas dengan adikku, hal ini karena ketika kelas satu adikku selalu ingin ikut denganku kalau tidak diajak bisa nangis seharian. Makanya aku ajak dia ke kelasku dan bu guru juga ngijinin (dalam bahasa jawa istilahnya melu-meluan), sebelum berangkat aku biasa nyisirin rambutnya biar rapi dan memakaikan sepatu kecil ke kakinya yang mungil, aku gandeng dia berangkat ke sekolah. Lamanya minggu berlalu adikku sudah terbiasa dengan lingkungan sekolah, dan setiap ada pertanyaan dari bu guru dia langsung acungkan tangan dan menjawabnya, karena keseringan akhirnya bu guru dating ke rumahku dan biacara sama orang tuaku agar memasukan adikku sekalian. Itulah kenapa aku bisa sekelas dengan adikku, maya namanya…….

to be continued

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Favorites More